Friday, April 24, 2020

Sinopsis Buku Novel Angkatan '66 : Ziarah oleh Iwan Simatupang

Judul: “ZIARAH”

Pengarang: Iwan Simatupang
Angkatan: 1966
Penerbit: Djambatan
Tebal: 148 Halaman
Di sebuah negeri yang bernama Kotapraja, terdapat seorang pelukis terkenal di seluruh negeri yang dibuat terkapar tidak berdaya alias shock dan trauma setelah ditinggal mati istrinya yang sangat dia cintai, istri yang dia kawini dalam perkawinan secara tiba-tiba. Suatu ketika Pelukis mencoba bunuh diri karena ketenaran karya lukisnya yang memikat semua orang dijagat bumi ini yang mengakibatkan ia memiliki banyak uang dan membuat dia bingung. Karena kebingungannya ini sang pelukis berniat bunuh diri dari lantai hotel dan ketika terjun dia menimpa seorang gadis cantik. Dan tanpa diduga pula sang pelukis langsung mengadakan hubungan jasmani dengan si gadis di atas jalan raya. Hal ini membuat orang-orang histeris dan akhirnya seorang brigadir polisi membawa mereka ke kantor catatan sipil dan mengawinkan mereka. Pelukis merasa benar-benar kehilangan terutama saat dia tahu bahwa istrinya mati, pelukis pun langsung pergi ke kantor sipil guna mengurusi penguburan istrinya tetapi tak ada tanggapan positif dari pengusaha penguburan. Itu terjadi karena pelukis tak tahu apa-apa tentang istrinya. Yang dia tahu hanyalah kecintaannya pada istrinya. Sehingga mayat istrinya terkatung-katung karena tak memiliki surat penguburan yang sah. Pelukis pun menghilang ketika dicari walikota (diangkat menjadi walikota setelah walikota pertama gantung diri karena tak bisa memecahkan masalah mengundang pelukis saat akan ada kunjungan tamu asing) yang ikut menghadiri penguburan Istri pelukis. Sampai akhirnya pengusaha penguburan itu menyesali perbuatannya dan dengan keputusan walikota akhirnya mayat istri pelukis dikuburkan. Sampai penguburan usai, sang pelukis tak kelihatan. Saat kembali ke gubuknya, dia melihat wanita tua kecil yang ternyata adalah ibu kandung dari istrinya. Bercerita panjang tentang masa lalunya yang suram dan sampai saat terakhir dia bertatapan dengan anaknya yang justru membuat dilema bagi si anak. Dan sesaat kemudian pelukis memandangi keadaan sekitar yang penuh karangan bunga, membuang bunga-bunga tersebut ke laut kemudian membakar gubuknya sampai habis. Beberapa bunga yang masih tersisa ia bawa ke kuburan istrinya. Ia titipkan karangan bunga pada centeng perkuburan. Ziarah tanpa melihat makam istrinya. Setelah itu hidup pelukis semakin tak tentu arah. Ia seolah tak pernah percaya bahwa istrinya telah mati. Pagi harinya hanya digunakan untuk menunggu istrinya di tikungan entah tikungan mana dan malam harinya di tuangkan arak ke perutnya, memanggil Tuhannya, meneriakkan nama istrinya, menangis dan kemudian tertawa keras-keras. Hingga akhirnya datang opseter perkuburan yang meminta dia mengapur tembok perkuburan Kotapraja yang sebelumnya telah berbekas pamplet-pamplet polisi bahwa dia dicari. Pelukis menerima tawaran itu dan esoknya ia mulai bekerja mengapur tembok perkuburan Kotapraja itu 5 jam berturut-turut tiap harinya, sedangkan opseter perkuburan mengintip dari rumah dinasnya. Pekerjaan baru Pelukis ini membawa perubahan tingkah laku pelukis sehingga membuat seluruh negeri geger. Hingga Walikota akan memberhentikan opseter perkuburan. Tetapi ketika mengantar surat pemberhentian kerja itu, Walikota malah mati sendiri karena kata-kata opseter tentang proporsi. Sebelumnya juga pernah terjadi kekacauan di negeri karena opseter pekuburan memakai rasionalisme dalam kerjanya dan hanya memberi instruksi kerja pada selembar kertas pada pegawainya. Setelah beberapa hari pelukis mengapur tembok perkuburan, pada suatu hari dia bergegas pulang sebelum 5 jam berturut-turut. Opseter perkuburan heran kemudian mendatanginya dan ternyata pelukis ingin berhenti bekerja. Opseter kebingungan tetapi pelukis menjelaskan bahwa dia tahu maksud opseter memperkerjakannya. Bahwa selain untuk kepentingan opseter sendiri, opseter ingin pelukis menziarahi istrinya yang sudah tiada itu. Keesokan harinya opseter ditemukan gantung diri. Pekuburan geger, tetapi hanya sedikit sekali empati dari pegawai-pegawai pekuburan. Penguburan opseter berlangsung cepat. Setelah penguburan, pelukis bertemu maha guru dari opseter yang kemudian menceritakan riwayat opseter. Pada akhirnya pelukis pergi ke balai kota untuk melamar menjadi opseter pekuburan agar ia dapat terus-menerus berziarah pada mayat-mayat manusia terutama pada mayat istrinya.
UNSUR INTERINSIK
Tema: trauma seorang suami yang berprofesi sebagai pelukis saat istrinya meninggal
Latar belakang: kota, kantor walikota, gubuk, tepi laut, studio lukis, perkuburan
Waktu: pagi hingga malam
Alur: maju mundur dalam artian flashback
Gaya bahasa: konotasi dan majas-majas personifikasi, agak sulit dipahami oleh orang awam karena mengajak pembaca untuk sedikit berpikir karena banyak sentuhan filsafat
Amanat: bahwa kematian tidak perlu ditakuti, sebab kematian adalah abadi. Pastilah itu yang terbaik.
Sediakanlah tempat yang layak untuk orang-orang yang sudah mati agar ada tempat untuk dikunjungi dan dikenang, karena sebagai manusia puncak tertinggi dari kehidupan adalah kematian.
RESENSI
Kekurangan: Alur dalam novel ini memang sedikit membingungkan pembaca, pengarang sengaja menggunakan alur “Flash Back”. Pembaca diajak untuk mengernyitkan dahi karena cerita di awal novel bukanlah awal cerita, melainkan awal cerita baru diceritakan di bagian berikut dalam novel. Alias pembaca diajak ke waktu sebelumnya oleh pengarang dengan sentuhan filsafat
Ini jelas terlihat di awal novel saat disebutkan sang pelukis begitu kehilangan setelah ditinggal mati istrinya, tetapi di bagian belakang malah pembaca diajak untuk mengikuti kisah pertemuan pelukis dengan istri, kehidupan mereka yang mengundang banyak pesona, dan saat-saat terakhir istrinya mati. Bukan hanya pelukis dan istri saja, tetapi pengarang juga mengajak pembaca untuk mengikuti kisah balik kehidupan opseter sebelum menjadi opseter.
Kelebihan: merupakan tipe novel sastra karena pengarang banyak menggunakan ungkapan-ungkapan ataupun konotasi,dan majas-majas terutama majas personifikasi serta terdapat juga istilah-istilah berbau filsafat yang diolah menjadi kesatuan kalimat yang benar-benar membawa pembaca ke arah pemikiran-pemikiran logis dan membenamkan pembaca dalam novel yang memiliki keindahan ilmu filsafat dari pengarang sendiri.
Bahasa dalam novel ini sangat penuh dengan ungkapan-ungkapan dan majas-majas sehingga menimbulkan keindahan bahasa
Sumber : 

Accessibility Pada Game Assassin's Creed Valhalla

  Muhammad Rizqi Asshidiiq 54419441 3IA09 Teknologi Game   Assassin’s Creed Valhalla memiliki beragam fitur untuk membantu para di...